Senin, 07 Juni 2010

Rasdul Kiblat (Sebuah Kajian Ulang)

Rashdul kiblat yaitu terdiri dari dua kata. Rash (الرصد) itu berarti petunjuk, arah, dan perhitungan. Kiblat (القبلة) yaitu suatu tempat yang berada di makkah, yang berbentuk kubus, yang mana semua umat islam di seluruh plosok bumi menghadapkan wajah ke arahnya ketika sedang melaksanakan salat. Jadi kalau disimpulkan, rashdul kiblat adalah waktu dimana ada tanda yang mengindikasikan kearah kiblat / ka’bah. Adapun objek dari kajian rashdul kiblat ini yaitu Matahari. Matahari memberikan indikasi yang bayangan suatu benda yang disinarinya itu bias menunjukan langsung kearah kiblat. Ini dikarenakan posisi matahari berada pada diatas tempat itu, maka semua mata yang menatap (klo kuat) ke matahari itu sama dengan menatap benda yang ada dibawahnya. Ini terjadi tidak lain ketika waktu istiwak / zawal/ meridian pass. Ketika itulah matahari bias memberikan manfaat bagi umat islam untuk menentukan arah kiblat dengan benar dan tepat.
Kenapa matahari berada diatas zawal ketika tanggal itu saja?
Tempat yang berlintang antara 0 derajat – 23 derajat 27 menit, baik lintang utara maupun lintang selatan, Matahari pasti pernah berada diatas zenitnya persis sekurang-kurangnya selama 2 kali. Hal ini terjadi karena deklinasi matahari sama dengan lintang tempat itu. Maka dengan deklinasi matahari yang sama dengan lintang tempat itu terjadilah istiwa’ a’dhom / zawal yang matahari berada tepat diatas tempat itu. Kenapa harus zawal?... jawabnnya cukup sederhana, seaindainya kalau bukan pada saat zawal, maka dia belum kulminasi atas, karena kulminasinya itulah dia berada di atas. Jadi sama halnya dengan rasdhul kiblat. Ketika itu di makkah / ka’bah sedang kulminasi atas dan matahari berada diatas jadi matahari posisinya tepat diatas ka’bah.
Jadi ketika tanggal 27/28 mei dan 15/16 juli deklinasi matahari sama dengan lintang ka’bah. Adapun berbeda paling beda detiknya saja dan ini tidak terlalu berpengruh. Tanggal 27 dan 15 itu untuk tahun basitoh / tahu pendek. Ketika itu tahun masehi hanya berjumlah 365 hari. Dan tanggal 28 dan 16 untuk tahun kabisat, yaitu tahun panjang yang umlah harinya dalam 1 tahun berjumlah 366 hari. Sebenarnya tidak hanya dua kali dalam satu tahun, bisa sampai 3 kali atau 4 kali. Ketika itu matahari berada tidak tepat berada diatasnya. Matahari sebelah selatannya dan besoknya agak utara tetapi masih mengenai bangunan ka’bah. Kalau dalam kalender menara kudus, setiap tahun mesti ditandai pada dua tanggal itu adalah hari rashdul kiblat.
Ketika matahari kulminasi atas ka’bah, yang berarti disana sedang jam 12 waktu hakiki, maka waktu itu ditransformasikan ke dalam waktu indonesia bagian barat. Beda waktu indonesia bag. Barat dengan makkah itu sekitar 4 jam (caranya bujur indonesia bagian barat dikurangi bujur ka’bah kemudian dibagi dengan 15, maka hasilnya adalah beda waktu antara dua tempat itu). Jadi ketika matahari kulmiasi atas di Makkah, di indonesia sedang berada pada waktu sore hari sekitar jam 16.18 WIB. Jadi pada waktu inilah matahari berada diatas ka’bah.

Waktu terjadinya yaitu ketika tanggal 27/28 mei terjadi pada jam 16.18 WIB. untuk WITA ditambah 1 jam. dan pada tanggal 15/16 Juli terjadi pada jam 16.28 WIB.
Toleransi ketika lewat dari jam itu maksimal 2 menit. apabila sudah lebih dari 2 menit, maka lebih baik jangan, karena setelah 2 menit lebih arah yang ditunjukan itu akan mengarah sejauh 75 KM dari ka'bah.

Bagaimana aplikasinya
Aplikasinya cukup mudah, bias menggunkan tongkat maupun bandul. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kalau menggunakan togkat, maka hal yang paling sulit itu mendirikan tongkat itu, apakah sudah benar-benar berdiri tegak lurus dan berada pada datarana datar. Adapun dalam pengambilan bayangannya lebih mudah. Solusinya, tancapkan tongkat itu dengan bantuan waterpass. Sebelum menancapkan tongkat, sebelumnya cari dulu tempat yang sangat strategis, yaitu datar dan bebas dari hambatan bayngan benda lain. Dengan demikian, akan memudahkan pengambilan ketika waktunya.
Kalau menggunakan bandul, maka hal yang paling sulit yaitu tali itu selalu tertebak oleh angin yang menyebabkan keadaan benangnya tidak diam, yang akan mengakibatkan kesalahan fatal terhadap bayngan yang diambil. Solusinya bisa menggunakan tali yang besar dan bandul yang kuat. Dengan harapan bahwa dengan keadaan seperti itu, maka tali itu akan istiqomah, tidak mudah tertebak oleh angin dan tetap pada posisinya, sehingga memudahkan ketika pengambilan bayangannya.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih...
Abd.rozaq19@gamil.com